Belajar Itsar Dari Mereka

Diposting oleh rautan pena | Selasa, April 05, 2011 | , , | 0 komentar »

“Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan; tidak ada persatuan tanpa cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).” Di dunia ini begitu banyak hal yang kita cintai, sampai-sampai ketika kehilangannya kitapun bersedih bahkan meratapinya. Lalu apakah arti saudara seiman,sefikroh,dan sejamaah bagi kita? Apakah ia harta yang berharga juga bagi kita? atau ia hanya sebagai tempat kita berkeluh kesah dan meminta tolong saja? Berjuta cerita tentang arti ukhuwah, terlalu banyak canda yang terlepas dan tak sedikit pula derai air mata mengharu biru di jalan ini. Sejenak, marilah kita belajar itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri) yang merupkan tingkat tertinggi dari ukhuwah saat perang Yarmuk dimana kaum muslimin saat itu menghadapi 240.000 tentara Romawi. Sedangkan jumlah kaum muslimin hanya 40.000, keadaan yang tidak seimbang secara hitungan matematis.



Kita mengetahui bahwa perang ini dimenangkan oleh pasukan muslimin. Disinilah Allah menetapkan bagaimana Yarmuk menjadi saksi atas indahnya persaudaraan Islam. Diantara 40.000 tentara itu terdapat Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahl, Iyash bin Abi Rabiah. Saat usai peperangan,ketiganya terluka sangat parah sehingga mereka tergeletak tak berdaya. Walaupun begitu tak ada satupun guratan kekecewaan atas luka yang mereka derita. Ketika regu penolong data dengan membawa minuman. Harits mengisyaratkan tangannya agar relawan yang membawa air minum itu kepada dirinya. Datanglah relawan tersebut dengan bejana berisi air minum namun belum sampai ke mulutnya.

Harits melihat saudarahnya, Ikrimah, dalam kondisi yang parah juga. maka ia mengurungkan niat untuk meminum air tersebut seraya menunjuk Ikrimah. Relawan bersegera membawa bejana berisi air itu kepada Ikrimah. Hampir saja Ikrimah meminumnya, tetapi tiba-tiba diurungkan begitu matanya melihat saudaranya, Iyash, yang dalam pandangannya lebih membutuhkan air minum. Maka ia pun mengurungkan niatnya dan menutup mulutnya seraya menunjuk Iyash. Relawan bersegera membawa bejana tersebut kepada Iyyash dengan tergesa-gesa. Belum sempat Iyyash meneguk air tersebut, malaikat maut lebih dahulu menjemputnya sehingga ia syahid.

Relawan pun mendatangi Ikrimah, ia juga telah syahid. Relawan pun mendatangi tempat harits, ternyata Harits pun mengalami keadaan yang sama dengan dua sahabatnya yang syahid. Allahu Akbar, alangkah indahnya persahabatan diantara mereka. Merekalah yang menjadikan itsar tidak hanya terbatas pada waktu lapang, tapi juga ketika saat sempit bahkan ketika maut menjemput.

"Tidak (sempurna) iman seseorang sehingga mencintai manusia sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri dan mencintai saudaranya hanya karena Allah AZZAWAJALLA " (Musnad Ahmad:13372). Implementasinya begitu sulit memang, terlebih lagi di jalan dakwah ini. Sehingga Imam Syahid Hasan Al-Banna melanjutkan pengertian ukhuwah di awal dengan :

“Al-Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya yang lain lebih utama daripada dirinya. sendiri, karena ia, jika tidak bersama mereka, tidak dapat bersama yang lain. Sementara mereka, jika tidak dengan dirinya, dapat bersama dengan orang lain. Dan sesungguhnya serigala hanya makan kambing yang terlepas sendirian. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang satu mengokohkan yang lain. "Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi pelindung bagi lainnya. Demikianlah seharusnya kita.”

Begitu banyak cerita tentang itsar namun pada akhirnya, kita akan kembali diuji seberapa besar cinta kita terhadap saudara-saudara kita sehingga Allah akan membalasnya dengan naungan di hari akhir nanti.

 “..dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”


0 komentar

Posting Komentar